the words...

there's no use in me crying, I've done everything and I'm sick of trying. I've thrown away my nights, and wasted all my days. Over you. * Lobo (It doesn't matter anymore)

Bahwa ia membiarkan jantungnya berhenti berdetak dan kulitnya membeku seperti es dan pikirannya terpuntir dan mengkristal menjadi otak predator. Menjadi monster, menjadi orang asing. * Eclipse page 678

Kamis, 19 Agustus 2010

kurang kerjaan

nda ada kerjaan lain kah ya kamu. bikin orang kesal aja terus. kalo mau ngomong di depan aja nda usah di belakang bikin kesal aja!

Selasa, 17 Agustus 2010

from piano for love


Yumi sedang sibuk memperhatikan not balok yang amat sangat rumit di pangkuannya. Kenapa sulit sekali rasanya? Ayumi Himura adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang sangat suka mendengar alunan denting piano. Tapi dia tidak pernah berhasil memainkan piano dengan baik walaupun selama dua tahun terakhir ini dia sudah mengikuti berbagai macam kursus piano disana-sini. Entah kutukan apa yang ada pada dirinya sehingga dia tidak pernah bisa bermain piano. Yumi tinggal bersama dengan mamanya. Kedua orang tuanya sudah berpisah sejak 5 tahun yang lalu. Papanya pindah ke Seoul untuk melanjutkan bisnis disana. Meskipun sudah berpisah, namun hubungan antara mama dan papanya masih terjalin dengan baik. Tidak jarang kalau mama dan Yumi berkunjung ke Seoul mereka masih tinggal serumah. Begitu juga kalau papa datang ke Tokyo, papa masih tinggal serumah dengan mama dan Yumi. Kadang Yumi suka bingung kenapa kedua orangtuanya itu berpisah padahal hubungan mereka masih baik-baik saja. Tapi itulah kenyataan, tidak dapat diubah dan dipaksakan.

Sementara itu, Yumi sudah menyerah dan merebahkan badannya di kasur.
“Kenapa aku tidak pernah bisa main piano?” tanyanya pada dirinya sendiri
“Padahal aku sudah banyak ikut kursus” katanya lagi.
“Aargh. Bingung aku!” katanya. Lalu dia menyetel kaset Beethoven lalu tertidur seketika begitu alunan musik itu memenuhi kamarnya

^_^

Prok…prok…prok…
Taeyang tersenyum begitu mengakhiri permainan pianonya.
“Bagus. Darimana sebenarnya kau mendapatkan bakat itu?” tanya salah seorang pamannya
“Dari Tuhan” jawab Taeyang singkat
“Pertahankan terus. Kalau perlu kembangkan, kau bisa menjadi bintang dengan hal itu” kata pamannya lagi
“Kamsahamnida” kata Taeyang
Dong Young Bae adalah seorang namja berumur 17 tahun yang lihai memainkan piano dan membuat orang-orang yang mendengarnya serasa melayang. Dia sudah mahir memainkan benda itu sejak berumur 8 tahun. Dia sekarang tinggal di Seoul dan saat ini dia sedang menghangatkan acara keluarga di rumahnya dengan permainan pianonya. Begitu selesai meladeni kekaguman para anggota keluarganya, dia keluar menuju balkon yang langsung menghadap ke pantai. Sepertinya ada yang hilang dari hidupnya. Bagaimana tidak? Dia baru saja diputusi pacarnya, Soo Young. Padahal mereka sudah pacaran selama 2 tahun.

---flashback---
“Taeyang aku mau bicara” katanya. Kenapa bahasanya formal sekali
“Bicara apa?” tanya Taeyang
“Aku mau kita putus” katanya
“Tapi_kenapa?” tanya Taeyang lagi
“Gak apa-apa. Aku mau putus aja. Mian_Annyeong” katanya sambil ngeloyor pergi
---flashback off---

“Dasar yeoja gila! Dia membuangku seperti membuang kotak minuman yang isinya sudah habis” kata Taeyang pada dirinya sendiri. Tak ingin berlama-lama dengan nasibnya yang tidak sebaik diharapkan, Taeyang kembali masuk ke ruang keluarga kemudian hanyut dalam kebersamaan yang hangat. Dan melupakan masalahnya untuk sejenak. Mungkin untuk selamanya.

^_^

Yumi terbangun. Dia baru saja merasa ruangan tempatnya tidur saat ini sudah dingin melebihi batas. Ternyata AC di kamarnya tidak dinyalakan, tetapi pintu balkon dan jendela terbuka lebar. Pantas saja. Yumi berjalan ke arah balkon. Dia mendapati mobil mama di bawah.
“Berati mama sudah pulang” katanya. Cepat-cepat dia berlari keluar kamar dan menuju ke kamar mamanya. Sesampainya di depan pintu, ia mengetuk pintu kamar mamanya.
“Masuk saja. Tidak dikunci” kata mamanya dari dalam kamar. Yumi lalu membuka pintu kamar itu.
“Yumi, sudah bangun. Tadi mama ke kamar tapi kamu sudah tidur” kata mama. Yumi tersenyum.
“Ma, Yumi mau tanya” kata Yumi
“Tanya apa?” tanya mama
“Sebenarnya Yumi ini punya bakat apa sih?” tanya Yumi
“Hmm, bakat? Bakatmu, menyanyi?” kata mama
“Eng_menurut mama kenapa selama dua tahun Yumi kursus piano, Yumi tidak pernah bisa bermain piano dengan benar?” tanya Yumi
“Ya mungkin karena bakatmu bukan di piano” kata mama
“Begitu ya? Ya sudah, Yumi hanya ingin menanyakan hal itu. Kalau begitu selamat malam” kata Yumi sambil berjalan menuju pintu

^_^

Satu bulan kemudian adalah hari terakhir bulan Juni. Yang berarti besok Yumi akan menginjak usia 17 tahun. Pagi itu mama menanyakan benda apa yang saat ini sangat diinginkan Yumi.
“Yumi mau piano baru” kata Yumi
“Tapi kan kau sudah punya piano” kata mama
“Iya, tapi kemarin waktu pulang les Yumi lewat toko alat musik, nah ada pajangan piano baru disana. Yumi mau itu” kata Yumi.
“Ya sudah. Kalau begitu mama berangkat kerja dulu ya. Hati-hati di rumah” kata mama. Yumi memang sedang liburan kenaikan kelas. Jadi, begitu mamanya pergi, dia hanya sendiri dirumah.
“Ngapain ya? Mau tidur lagi, masih pagi. Nonton aja deh” katanya bergumam sendiri
Akhirnya dia memilih-milih film yang bagus untuk ditonton. Lalu dia memilih film Madagascar. Alasannya biar gak ngantuk. Tapi baru 15 menit film dimulai, Yumi sudah tertidur dengan pulasnya. Ckckck.

^_^

Sore harinya setelah mandi, Yumi dikagetkan oleh suara telepon yang berbunyi dengan tidak tau diri.
“Dasar telepon sialan, bikin jantungan aja” umpatnya sesaat sebelum mengangkat telepon
“Moshimoshi? Apa? Dimana? Aku segera kesana” Yumi menutup telepon. Yumi baru saja menerima telepon dari salah seorang teman kantor mama. Dia mengatakan mama mengalami kecelakaan. Yumi langsung mengambil kunci mobil dan memasuki mobilnya (yaiyalah masa’ mobil tetangga) lalu menancap gas dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di rumah sakit Yumi langsung bertanya kepada resepsionis di bagian informasi.
“Namanya Miyaka Hanada” kata Yumi
“Ini dia, ehm, baru saja dipindahkan ke kamar mayat 4 menit yang lalu” kata wanita yang berjaga disana. Yumi terdiam seribu bahasa, tidak tau harus berkata apa. Apa dia belum bangun dari tidurnya tadi pagi? Yumi menampar pipinya sendiri dengan sadisnya.
“AAAWW” teriaknya.
Kenapa aku tidak bangun-bangun? Harusnya aku bermimpi. Tidak mungkin mama meninggal.
 Yumi langsung mencari letak kamar mayat. Sesampainya dia disana didapatinya seorang wanita berseragam sama dengan mama sedang menangis tersedu-sedu.
“Yumi, mamamu” kata wanita itu sambil memeluk Yumi.
“Mama kecelakaan dimana?” tanya Yumi
“Di depan toko musik di dekat sekolahmu” kata wanita itu. Yumi terdiam bagaikan patung. Ternyata dia tidak bermimpi. Mamanya memang meninggal. Kenapa dunia sangat-sangat tidak adil? Kenapa mama harus meninggal? Dan kenapa harus sehari sebelum hari ulang tahunku? Kenapa dia harus meminta piano itu sebagai hadiah ulang tahunnya? Kenapa?

Setelah melalui perundingan dengan teman-teman mama dan papa lewat telepon, akhirnya diputuskan mama baru akan dimakamkan besok pagi. 
Ya, besok. Saat hari ulang tahunku
Akhirnya Yumi pulang dengan hati teriris.
Kenapa nasibku harus sebegini buruknya. Kenapa aku harus meminta piano itu pada mama? Kalau aku tidak meminta piano itu, pasti mama tidak akan pergi kesana, dan dia tidak akan mengalami kecelakaan.
Sesampainya dirumah ia dikejutkan akan sebuah mobil besar yang berhenti didepan rumahnya. Yumi keluar dari mobilnya lalu bertanya pada orang yang ada di dalam mobil.
“Maaf pak, saya mau lewat” kata Yumi
“Oh, apakah anda yang namanya Ayumi Himura?” tanya orang itu
“Ya ada apa?” tanya Yumi
“Baguslah, ini piano yang tadi sore dibeli oleh mama anda, katanya harus diantarkan tepat pukul 12 malam” kata orang itu. Yumi langsung terduduk di tempatnya berdiri.
“Eh, anda kenapa?” tanya orang itu
“Bawa pulang saja piano itu. Aku benci piano” kata Yumi
“Tapi pianonya sudah dibayar” kata orang itu lagi
“Saya bilang bawa pulang, sekarang juga. Saya benci piano!” teriak Yumi. Orang itu tampak ketakutan lalu cepat-cepat memasuki mobilnya lalu pergi dari depan rumah Yumi.

Sesampainya di dalam kamar, pandangan Yumi tertuju pada sebuah benda besar berwarna putih mengkilap yang ada di sudut kamarnya. Pianonya. Yumi langsung berlari ke gudang mengambil kapak besar dan langsung memukul-mukul benda itu tanpa ampun. Sampai akhirnya Yumi kehabisan tenaga barulah ia berhenti. Pianonya sudah menjadi tumpukan tak berbentuk. Yumi jatuh dilantai dan menangis histeris.
“AKU BENCI PIANO!!!!!” teriaknya.

Keesokan paginya Yumi dikagetkan oleh suara telepon.
“Moshimoshi? Oya sebentar” katanya lalu menutup telepon. Papanya rupanya sudah berada di teras. Yumi langsung bergegas keluar dari kamarnya dan turun untuk membukakan pintu bagi papanya. Begitu pintu dibuka papa terkejut melihat anak perempuannya sudah seperti orang gila di perempatan jalan (bukan perenam belasan jalan loh).
“Yumi” kata papa sambil memeluk anaknya
“Semuanya salah Yumi, Pa. Kalau Yumi tidak meminta dibelikan piano, mama tidak akan kecelakaan” kata Yumi
“Sudah. Kau tidak boleh menyalahkan diri sendiri. Semua itu sudah rencana Tuhan” kata papa
Mereka lalu duduk di ruang keluarga.
“Sebaiknya kau siap-siap. Upacara pemakaman akan dimulai 1 jam lagi” kata papa. Yumi lalu beranjak dari kursinya lalu pergi ke kamarnya. Dia masuk kamar mandi, dan tak sampai 2 menit kemudian, dia sudah keluar. Dia lalu mengambil bajunya sembarangan dari dalam lemari, yang penting warnanya hitam. Akhirnya Yumi menggunakan kaus biasa berwarna hitam, dan celana panjang kain berwarna hitam. Setelah mengikat rambutnya asal, Yuri langsung bergegas kembali ke ruang tamu.

Upacara pemakaman telah selesai. Agenda selanjutnya Yumi dan papanya menuju ke sekolah Yumi untuk mengurus surat pindah. Yumi akan mengikuti papanya ke Seoul untuk bersekolah disana.
Setelah semua surat selesai diurus, Yumi berpamitan pada teman-teman sekelasnya juga pada wali kelasnya.
“Kita pasti bertemu lagi” kata Yumi pada salah satu temannya
“Hati-hati ya disana” kata temannya entah siapa lagi Yumi sudah tidak bisa menanggapi dengan serius.
Akhirnya sore itu juga mereka berangkat ke Seoul.

^_^

Saat Taeyang sedang bermain basket dilapangan, tiba-tiba temannya Hyun Min menghampirinya.
“Taeyang. Aku mau bicara denganmu” katanya
“Silahkan” kata Taeyang
“Kau sudah putus dengan Soo Young kan?” katanya
“Ne, kenapa?” tanya Taeyang
“Aku boleh tidak menembaknya?” tanyanya
“Jangan nanti kau ditangkap polisi” kata Taeyang
“Bukan itu. Aku mau menyatakan perasaanku padanya. Boleh ya?” katanya
“Oh, silahkan saja. Aku tidak berhak apa-apa lagi atas dia. Terserah kau” kata Taeyang
“Gomawo Taeyang. Saranghaeyo” kata Hyun Min sambil berlari meninggalkan Taeyang. Taeyang hanya geleng-geleng kepala. Setelah satu bulan berlalu, hubungannya dengan Soo Young membaik. Mereka kembali berteman seperti biasa. Yah, dengan kata lain, Taeyang sudah tidak menyimpan perasaan apapun pada Soo Young.

Pulang sekolahnya Taeyang sudah melihat Hyun Min dan Soo Young berjalan bergandengan.
“Wah, ada pasangan baru nih” kata Taeyang
“Gak kok udah lama. 3 jam yang lalu” kata Soo Young
“Sama aja! Traktir dong, lapar nih” kata Taeyang
“Ayo, di restoran sebelah aja ya” kata Hyun Min
“Terserah yang penting makan” kata Taeyang

^_^

Sudah lama Yumi tidak berkunjung ke Seoul.Tapi tetap saja, tempat ini seolah punya kekuatan khusus. Selalu membuat Yumi merasa tenang.
“Kamu mau daftar sekolah hari ini atau besok?” tanya papa
“Besok saja. Aku masih capek” kata Yumi. Papa manggut-manggut. Sesampainya di rumah, Soo Young langsung mengurung diri di kamar lalu tertidur saat dia sudah capek menangis.

Keesokan harinya dia dan papa menuju ke sekolah barunya. Yumi tidak terlalu memedulikan keadaan sekitarnya, dia masih merindukan teman-teman di sekolah lamanya, dan tentu saja MAMA.
“Baiklah Yumi silahkan masuk kelas. Seung Hyo tolong antar Yumi ke kelasnya” kata kepala sekolah. Seorang perempuan yang ternyata adalah ketua OSIS bernama Seung Hyo itu langsung tersenyum padaku dan mengantarkanku ke kelas baruku.
“Permisi sonsaeng. Ini ada murid baru” kata Seung Hyo
“Oya, gomawo Seung Hyo. Silahkan masuk” kata wanita di dalam kelas itu.
Untung aku bisa bahasa Korea. Tidak sia-sia aku kursus 1 minggu di Seoul saat mengunjungi papa 6 bulan yang lalu
“Silahkan perkenalkan diri” kata sonsaeng
“Annyeong. Ayumi Himura imnida. Saya pindahan dari Tokyo. Saya harap bisa berteman dengan kalian semua” kata Yumi
“Baiklah silahkan duduk di barisan kedua sebelah kanan. Sisa itu yang kosong” kata sonsaeng. Yumi langsung menuruti perintah sonsaeng itu.
“Lee Soo Young” kata seorang yeoja yang akan menjadi teman sebangku Yumi
“Ayumi Himura” kata Yumi sambil berjabat tangan dengan yeoja itu. Sepertinya mereka akan menjadi teman dekat, melihat baru 15 menit duduk bersama mereka sudah berbincang seru.


^_^

Saat jam pulang sekolah Taeyang dan Hyun Min menunggu di depan kelas Soo Young. Mereka hari ini punya janji jalan-jalan di mall bertiga. Begitu sonsaeng keluar, murid-murid langsung berhambur keluar. Taeyang dan Hyun Min bingung melihat Soo Young keluar bersama seorang yeoja yang belum pernah mereka lihat di sekolah ini.
“Kenalkan ini teman baruku” kata Soo Young
“Ayumi Himura. Panggil saja Yumi” kata Yumi
“Oh. Aku Park Hyun Min, pacarnya Soo Young” kata Hyun Min yang disambut senggolan Soo Young di ulu hatinya.
“Aku Dong Young Bae. Panggil saja Taeyang” kata Taeyang
“Kalau begitu jadi kan jalan-jalannya?” tanya Soo Young
“Jadi dong. Ehm, gimana kalau Yumi juga ikut” kata Hyun Min
“Ne, boleh. Jadi lebih seru” kata Soo Young
“Ehm,Mian_ tapi aku sudah dijemput” kata Yumi. Ada ekspresi kecewa di wajah tiga teman barunya.
“Mianhae. Mungkin lain kali kita bisa jalan bareng” kata Yumi
“Baiklah. Janji ya” kata Soo Young
“Ne, kalau begitu aku pulang duluan ya. Annyeong” kata Yumi
“Annyeong” kata mereka bertiga

^_^

Seminggu kemudian, empat orang ini sudah menjadi sangat akrab. Kemanapun mereka bertiga selalu bersama. Megerjakan PR bersama, ke kantin bersama. Yang membuat mereka berpisah hanyalah pulang ke rumah dan ketika bel masuk berbunyi. Sampai suatu siang di kelas Taeyang sedang berlangsung pelajaran Biologi. Di saat siang begini sedikit sekali murid yang masih konsentrasi. Murid-murid itu tidak termasuk Taeyang dan Hyun Min.
“Hyun Min, kau tau, sepertinya aku menyukai Yumi” kata Taeyang
“Kau tidak takut dia menolakmu karena peristiwa kemarin” kata Hyun Min. Taeyang termenung.

---flashback---
“Taeyang ini hebat sekali main piano” kata Hyun Min
“PIANO??? AKU BENCI PIANO!!!” teriak Yumi
“Mian_tapi aku tidak suka piano” kata Yumi
“Kenapa?” tanya Taeyang
“Ummaku meninggal karena aku memintanya membelikanku piano untuk hadiah ulang tahunku. Aku sangat menyukai piano. Namun ternyata umma mengalami kecelakaan saat keluar dari toko piano itu. Kejadiannya sehari sebelum hari ulang tahunku. Saat aku pulang dari rumah sakit aku mendapati ada karyawan toko piano itu mengantarkan piano yang dibelikan umma untukku. Kenapa piano itu harus ada sementara umma sudah tidak ada. Jadi mulai saat itu aku membenci piano” kata Yumi
---flashback off---

“Tapi bukan berarti kalau dia membenci piano berarti dia membenci orang yang hebat bermain piano kan?” kata Hyun Min
“Semoga saja” kata Taeyang.

^_^

Akhirnya sore harinya Taeyang memberanikan diri mengungkapkan perasaanya. Taeyang mengajak Yumi ke belakang sekolah.
“Ada apa?” tanya Yumi
“Tapi apa kalau kau tidak menyukai perkataanku kau akan menjauhi ku?” tanya Taeyang
“Bisa iya bisa tidak” kata Yumi. DEG! Taeyang sudah melangkah terlalu jauh. Sekalian saja.
“Aku menyukaimu Yumi” kata Taeyang. Yumi kaget dengan pernyataan yang tiba-tiba seperti ini. Tapi dia tidak menyukai piano. Karena piano mamanya meninggal.
“Mian aku tidak bisa” kata Yumi. Lalu dia lari meninggalkan Taeyang sendiri dibelakang sekolah.

^_^

Satu bulan berlalu, sekarang Taeyang dan Yumi jarang sekali bertegur sapa. Sebenarnya Yumi juga menyukai Taeyang namun melihat Taeyang memainkan piano membuatnya gila. Dia tidak bisa dekat-dekat dengan benda yang membunuh mamanya itu. Sampai terdengar kabar, Hyun Min dan Soo Young akan bertunangan.
“Kau mau ya jadi penyanyinya?” kata Soo Young pada Yumi
“Tapi pakai komisi” kata Yumi bercanda
“Ne, pasti yang penting kau yang menyanyi di acara tunanganku. Aku suka suaramu Yumi” kata Soo Young
“Baiklah. Aku akan menjadi penyanyi untuk acara tunanganmu” kata Yumi
“KAMSAHAMNIDA YUMI” kata Soo Young sambil memeluk Yumi

^_^

“Mau ya. Yang nyanyi juga Yumi kok” kata Hyun Min
“Apa?! Kalau dia tau aku yang main piano bagaimana?” tanya Taeyang
“Itu gampang bisa diurus yang penting kau yang main piano. PLEASE!” kata Hyun Min. Melihat tampang temannya yang sudah seperti orang tidak niat hidup, akhirnya Taeyang menyetujui permintaan Hyun Min.

Aku akan mencoba lagi. Ini yang terakhir. Kalau dia masih menolak, aku akan berhenti mendekatinya. Apapun jawabannya nanti aku akan menerima dengan sepenuh hatiku.




^_^

Yumi sudah selesai siap-siap untuk pergi ke acara tunangan Soo Young dan Hyun Min. Saat latihan kemarin betapa terkejutnya dia, Taeyang yang akan mengiringinya bernyanyi. Rasanya dia ingin meminta pada Soo Young untuk menggantinya dengan orang lain, tapi dia sudah terlanjur berjanji pada Soo Young.  Jadi mau tidak mau dia tetap menjalankan tugas ini.

Pesta pertunangan sudah berjalan setengah acara. Sekarang Soo Young dan Hyun Min resmi bertunangan. Enanknya jadi mereka, memang pasangan yang serasi. Saat sedang asyik-asyik memandangi mereka berdua tiba-tiba Yumi mendengar namanya disebut.
“Lagu ini saya persembahkan khusus untuk Ayumi Himura. Yeoja yang telah merebut hati saya”. Itu suara Taeyang. Yumi langsung berbalik badan dan mendapati Taeyang sedang memainkan piano untuknya. Setelah didengarnya baik-baik, itu adalah salah satu dari ciptaan Beethoven, instrument yang selalu dipakainya sebagai pengantar tidur. Mata Yumi berkaca-kaca
Kenapa aku harus menolaknya. Dia_ aku benar-benar mencintainya
“Yumi, untuk yang terakhir kalinya. Maukah kau menjadi pacarku?” tanya Taeyang
“Ne, aku mau” kata Yumi
Tidak memedulikan pandangan para tamu yang melihati mereka penuh dengan keharuan, Taeyang langsung meninggalakan pianonya dan menghampiri Yumi untuk memeluknya.
“Saranghaeyo” kata Taeyang
“Nado saranghaeyo” kata Yumi

^_^

Satu tahun kemudian, tepat di hari ulang tahun Yumi, Yumi dan Taeyang melangsungkan pertunangan. Yumi juga sudah mahir bermain piano berkat bantuan Taeyang.
“Kau sudah tidak membenci piano kan?” tanya Taeyang
“Tentu saja tidak. Karena piano kita bertemu, aku tidak akan pernah membenci piano lagi” kata Yumi
“Umma pasti bangga melihatmu bisa bermain piano” kata Taeyang
“Hmm, Kamsahamnida Jagii” kata Yumi
“Ne, aku akan selalu ada untukmu” kata Taeyang kepada Yumi sambil memeluknya.  Yumi tersenyum hangat dalam pelukan Taeyang.

TAMAT


ternyata

ternyata kamu begitu . nda pernah nyangka aku kalo kamu orangnya kayak gitu. aku selalu anggap kamu sahabatku. walaupun kamu pernah nyakitin aku, kamu pernah bohongin aku, tapi aku tetap anggap kamu sahabat. tapi ternyata kamu ngomongin aku dari belakang ! kenapa kamu lakuin itu? kenapa kamu nda ngomong sama aku aja langsung? haduh, benerbener nda kusangka ternyata kamu begitu. dibalik mukamu yang polos itu, ternyata kamu yah begitulah. kalo kata temenku tu yah, diamdiam menghanyutkan. tak kusangka dan tak kuduga. hiks.hiks. dulu ku kira kamu bisa ngerti kalo aku terlalu sayang sama dy, tapi ternyata kamu nda bisa.

Senin, 16 Agustus 2010

Try Smiling

I love you since I love you
Since I'm happy as long as you're here
Even though my heart aches I try smiling
Like someone who makes people smile
Like someone who has no pain
I quietly cry behind you again today
The endless tears keep filling up
I once again try to forcefully hide it
Even though it hurts so bad as if I'm gonna die
Even though this pain is driving me crazy
I smile

always loving you :D

Tiga orang yang saling mencintai, namun tak ada seorangpun yang bahagia. Kalo aja ada cara supaya tiga-tiganya bisa bahagia tnapa ada yang tersakiti. Seorang Oyin mencintai Rainer, tapi Rainer mencintai Icut, tapi Icut nda bisa pacaran sama Rainer. Cinta Oyin ke Rainer nda pernah terbalaskan, sementara Icut dan Rainer gak akan pernah menyatu lagi. Kalo aja ada cara supaya tiga-tiganya bahagia tanpa ada yang tersakiti. Mungkin satu-satunya cara, mereka bertiga harus coba tuk lupain orang yang mereka cinta dan berusaha cari pengganti. Tapi Oyin gak bisa lupain Rainer, Rainer gak bisa lupain Icut, Icut gak bisa lupain Rainer. Apabila salah satu pengen bahagia, pihak yang lain harus ada yang tersakiti. Kalo Oyin pengen bahagia, Icut harus ngerasa sakit. Kalo Icut pengen bahagia, Oyin harus sakit. Dan Rainer harus milih, siapa yang akan dibahagiain sama dia diantara dua cewek yang mencintainya sepenuh hati. Rumit memang. Kita bertiga sama-sama pengen bahagia, tapi juga gak pengen nyakitin yang lain. Oyin tau Rainer bahagia kalo bisa sama Icut, tapi Rainer tau kalo dia sama Icut, Oyin bakal sakit, dan Icut juga tau dia gak bakalan dapetin Rainer sepenuhnya. Hati kita masing-masing udah patah tiga. Rasa cinta yang tak terbalaskan adalah sesuatu yang menyakitkan. Tapi bagi Oyin, mencintai Rainer setulus hati sudah cukup, meskipun terkadang sulit menerima kenyataan kalau Rainer lebih mencintai Icut daripada orang yang mencintainya setengah mati. Kita bertiga sama-sama nyakitin diri sendiri dengan mencintai orang yang gak mungkin kita miliki.
Sekarang Oyin sudah berhenti nunggu Rainer untuk bisa balas rasa cinta Oyin, karena Oyin tau Rainer cuma bisa menyayangi Oyin, bukan mencintai Oyin. Sekarang Oyin cuma pengen terus jadi orang yang mencintai Rainer setulus hati, mencoba bahagia meskipun kebahagiaanya ada di atas penderitaan Oyin. Selalu ada untuk Rainer kapanpun dia perlu.

oyinyonyo